MAKALAH HIV DAN AIDS
A.
Pengertian
AIDS
Acquired
Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS)
adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau:sindrom) yang timbul karena
rusaknyasistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virusHIV atau infeksi
virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV,FIV,dan
lain-lain).
Virusnya sendiri bernama
Human Immunodeficiency Virus (atau disingkatHIV)yaitu virus yangmemperlemah
kekebalan pada tubuh manusia. Secara structural morfologinya, bentuk HIV
terdiri atas sebuah silinder yang dikelilingi pembungkus lemak yang
melingkar-melebar. Pada pusat lingkaran terdapat untaian RNA.
AIDS merupakan
singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Dari setiap kata katanya
kita dapat menjelaskan kejelasan tentang AIDS yaitu:
• Acquired : Diperoleh / didapatkan
dari luar tubuhnya. Artinya AIDS bukan merupakan penyakit keturunan. AIDS hanya
ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui berbagai cara penularan.
• Immune : Kebal atau terlindungi.
Tubuh kita memiliki sistem kekebalan tubuh yang dapat menangkal berbagai
penyakit seperti flu, batuk, demam dan lain
lain. Sistem kekebalan tubuh kita akan menangkal penyakit dengan membentuk
antibodi
• Deficiency : Kekurangan. Dalam AIDS
kata deficiency dilekatkan dengan kata immune, artinya tubuh kekurangan
kekebalannya untuk melindungi diri dari bakteri dan penyakit secara efektif.
• Syndrome : Sekumpulan simptom -
simptom yang menunjukkan adanya penyakit dalam tubuh kita.
Dalam hal AIDS, ini
berarti dalam tubuh kita sudah ada virus HIV dan tubuh kita sudah mengalami
penurunan kekebalan tubuh yang membuat kita rentan terhadap infeksi infeksi
oportunistik, seperti TBC, Meningitis, dan lymphoma
AIDS: Kumpulan gejala
yang disebabkan oleh HIV yang menyebabkan kerusakan pada sistem kekebalan tubuh
Dari survey orang dalam
20 tahun terakhir terinfeksi lebih dari 60 juta Virus HIV. Dari jumlah itu, 20
juta orang meninggal karena Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Tahun
2001, UNAIDS (United Nations Joint Program on HIV atau AIDS) memperkirakan,
jumlah Orang Hidup Dengan HIV atau AIDS (ODHA) 40 juta. Kasus AIDS pertama kali
ditemukan di Amerika Serikat, pada 1981, tetapi kasus tersebut hanya sedikit
memberi informasi tentang sumber penyakit ini. Sekarang ada bukti jelas bahwa
AIDS disebabkan oleh virus yang dikenal dengan HIV.
HIV merupakan bagian
dari kelompok virus yang disebut Lentivirus yang ditemukan pada primata
nonmanusia. Secara kolektif, Lentivirus diketahui sebagai virus monyet yang
dikenal dengan nama Simian Immunodeficiency Virus (SIV). HIV merupakan
keturunan dari SIV. Jenis SIV tertentu mirip dengan dua tipe HIV, yakni HIV- 1
dan HIV-2, yang menyerang salah satu sel dari darah putih yaitu sel limfosit.
HIV berarti virus yang
dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Ini adalah retrovirus, yang
berarti virus yang mengunakan sel tubuhnya sendiri untuk memproduksi kembali
dirinya. Asal dari HIV tidak jelas, penemuan kasus awal adalah dari sampel
darah yang dikumpulkan tahun 1959 dari seorang laki–laki dari Kinshasa di
Republik Demokrat Congo. Tidak diketahui bagaimana ia terinfeksi.
Saat ini terdapat dua
jenis HIV: HIV–1 dan HIV–2. HIV–1 mendominasi seluruh dunia dan bermutasi
dengan sangat mudah. Keturunan yang berbeda–beda dari HIV–1 juga ada, mereka
dapat dikategorikan dalam kelompok dan sub–jenis (clades).
Terdapat dua kelompok,
yaitu kelompok M dan O. Dalam kelompok M terdapat sekurang–kurangnya 10
sub–jenis yang dibedakan secara turun temurun. Ini adalah sub–jenis A–J.
Sub–jenis B kebanyakan ditemukan di America, Japan, Australia, Karibia dan
Eropa. Sub–jenis C ditemukan di Afrika Selatan dan India.
HIV–2 teridentifikasi
pada tahun 1986 dan semula merata di Afrika Barat. Terdapat banyak kemiripan
diantara HIV–1 dan HIV–2, contohnya adalah bahwa keduanya menular dengan cara
yang sama, keduanya dihubungkan dengan infeksi–infeksi oportunistik dan AIDS yang
serupa. Pada orang yang terinfeksi dengan HIV–2, ketidakmampuan menghasilkan
kekebalan tubuh terlihat berkembang lebih lambat dan lebih halus. Dibandingkan
dengan orang yang terinfeksi dengan HIV–1, maka mereka yang terinfeksi dengan
HIV–2 ditulari lebih awal dalam proses penularannya.
Di Indonesia, kasus AIDS pertama kali
ditemukan pada tahun 1987. Seorang wisatawan berusia 44 tahun asal Belanda
meninggal di Rumah Sakit Sanglah, Bali. Kematian lelaki asing itu disebabkan
AIDS. Hingga akhir tahun 1987, ada enam orang yang didiagnosis HIV positif, dua
di antara mereka mengidap AIDS. Sejak 1987 hingga Desember 2001, dari 671
pengidap AIDS, sebanyak 280 orang meninggal. HIV begitu cepat menyebar ke
seluruh dunia. Ibarat fenomena gunung es di lautan, penderita HIV atau AIDS
hanya terlihat sedikit di permukaan.
Orang yang terkena
virus ini akan menjadi rentan terhadapinfeksi oportunistik ataupun mudah
terkenatumor . Meskipun penanganan yang telah ada dapatmemperlambat laju
perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.HIV
dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung
antaralapisan kulit dalam(membran mukosa)atau aliran darah, dengan cairan tubuh
yang mengandung HIV, seperti darah,air mani,cairan vagina, cairan preseminal,
danair susu ibu.Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim(vaginal,anal,
ataupunoral),transfusi darah,jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan
bayi selamakehamilan,bersalin, atau menyusui,serta bentuk kontak lainnya dengan
cairan-cairan tubuhtersebut.
Para ilmuwan umumnya
berpendapat bahwa AIDS berasal dariAfrika Sub-Sahara.Kini AIDS
telahmenjadiwabah penyakit.AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang
di seluruh dunia.PadaJanuari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan
bahwa AIDS telah menyebabkankematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama
kali diakui pada tanggal5 Juni 1981.
Dengan demikian,
penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS
diklaim telahmenyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada
tahun2005saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah
anak-anak.Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika
Sub-Sahara,sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan
sumber daya manusia disana. Perawatanantiretrovirussesungguhnya dapat
mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV, namun akses terhadap
pengobatan tersebut tidak tersedia di semua negara.
Hukuman sosial bagi
penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan dengan penderita
penyakit mematikan lainnya. Terkadang hukuman sosial tersebut juga turut
tertimpakan kepada petugaskesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam
merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).
Virus HIV hidup dalam
cairan tubuh, yaitu:
1.
Darah
Dapat melalui tranfusi
darah, pencangkokan organ atau jaringan yangterinfeksi lewat pemakaian jarum
suntik yang sudah tercemar HIV yang dipakaibergantian tanpa disterilkan. Dapat
pula dengan berbagi jarum suntik atau alatsuntik yang terkontaminasi atau alat
tindik, tato, dan alat facial wajah.
2. Air mani
3. Cairan vagina dan
cairan sperma
Berhubungan seksual
tanpa menggunakan pelindung dengan orang yang terinfeksi ( kasus kebanyakan),
sehingga memungkinkan tercampurnya cairansperma dengan cairan vagina atau
tercampurnya cairan sperma dengan daarahyang mungkin terjadi dalam hubungan
seks lewat anus
4. Air susu ibu (ASI)
Penularan ini
dimungkinkan dari seorang ibu hamil yang HIV positif, danmelahirkan lewat
vagina, kemudian menyusui bayinya dengan ASI.Kemungkinan penularan dari ibu ke
bayi (Mother to Child Transmission) iniberkisar hingga 30%, artinya dari setiap
10 kehamilan dari ibu HIV positif kemungkinan ada 3 bayi yang lahir dengan HIV
positif
B.
Cara Kerja HIV dalam Tubuh Manusia
Manusia dengan system
kekebalan tubuh yang sehat mampu memerangi infeksi dan bakteri karena adanya
sel darah putih (Limfosit) yang berperan sebagai “tentara” agar tubuh seseorang
tetap sehat dan terbebas dari ancaman infeksi. Limfosit bekerja dengan
memanggil bala bantuan limfosit lainnya atau dengan memproduksi antibodi untuk
menetralisir benda asing tersebut. Bila seorang telah terinfeksi HIV
maka virus menyerang sel darah putih, khususnya yang disebut CD4. Virus
kemudian menyerang CD4 dan merusak system genetikanya sehingga tubuh tidak lagi
memproduksi CD4, melainkan mereplikasi HIV, kemudian virus tersebut merusak
CD4. Demikian terus menerus sehingga jumlah CD4 dalam tubuh berkurang,
akibatnya system kekebalan tubuh menjadi turun dan tubuh mudah terserang
infeksi lainnya.
C.
Media Penularan HIV
- Seks
Bebas
- Jarum
Suntik
- Narkoba
- Tato
- Tranfusi
Darah
6.
Donor Organ
D.
Orang – Orang Yang Beresiko Tinggi Tertular HIV
- Wanita
atau laki-laki yang berganti-ganti pasangan berhubungan seksual beserta
pasangannya
- Pekerja
Seks Komersil dan pelanggannya
- Orang-orang
yang melakukan hubungan seksual yang tidak wajar seperti hubungan seks
melalui dubur (anal sex)
- Penyalahguna
Narkotika dengan suntikan yang menggunakan jarum suntik secara bersama.
E.
Cara Penularan HIV AIDS
1. Hubungan seks.
Melalui hubungan seks
penetratif (penis masuk kedalam vagina/anus) yang dilakukan tanpa menggunakan
kondom Hubungan seks seperti ini memungkinkan tercampurnya cairan sperma dengan
cairan vagina (untuk hubungan seks lewat vagina). Sedangkan hubungan sek melalui
anus bisa memungkin tercampurnya cairan sperma dengan darah.
Hubungan seksual secara
anal (lewat dubur) paling berisiko menularkan HIV, karena epitel mukosa anus
relatif tipis dan lebih mudah terluka dibandingkan epitel dinding vagina,
sehingga HIV lebih mudah masuk ke aliran darah. Dalam berhubungan seks vagina,
perempuan lebih besar risikonya daripada pria karena selaput lendir vagina
cukup rapuh. Disamping itu karena cairan sperma akan menetap cukup lama di
dalam vagina, kesempatan HIV masuk ke aliran darah menjadi lebih tinggi. HIVdi
cairan vagina atau darah tersebut, juga dapat masuk ke aliran darah melalui
saluran kencing pasangannya.
Orang yang punya
penyakit infeksi jika memiliki luka atau ada cairan dari tubuh yang keluar maka
bisa 10 kali menularkan potensi HIV kepada pasangannya lewat hubungan seks.
Perilaku gonta ganti pasangan seks tanpa menggunakan kondom juga sangat
berisiko. Untuk itu lakukan hubungan seks yang aman, sesuai dengan ajaran
agama.
2. Menerima transfusi
darah yang terinfeksi virus HIV
Penularan melalui
transfusi darah risikonya sangat tinggi, maka itu bank darah biasanya akan
mengecek berulang-ulang pada darah yang digunakan pasien melalui skrining yang
ketat. Beberapa penderita diduga
tertular setelah menjalani transfuse darah. Seseorang yang harus menerima
transfusi darah tubuhnya dalam keadaan sakit atau lemah, sehingga virus bisa
dengan cepat menyebar dan berkembang dalam tubuhnya.
3. Penggunaan bersama
jarum suntik yang sudah terkontaminasi.
Penularan lewat jarum
suntik banyak terjadi pada pengguna narkoba. Melalui pemakaian jarun suntik
yang berulangkali dalam kegiatan lain, misalnya : peyuntikan obat, imunisasi,
pemakaian alat tusuk yang menembus kulit, misalnya alat tindik, tato, dan alat
facial wajah. Sebaiknya gunakan jarum suntik sekali pakai.
4. Penularan dari Ibu
Hamil (Positif) kepada Janinnya.
Penularan dari ibu
hamil positif HIV dapat terjadi ketika bayi dalam kandungan, bisa juga ketika
melahirkan atau bisa juga ditularkan ketika menyusui bayi tersebut
Penularan HIV dari ibu
hamil ke anak bisa terjadi karena infeksi melewati plasenta, saat proses
persalinan atau menyusui. Sumber infeksi ini bisa dari darah ibu, plasenta,
cairan amnion dan ASI. Kemungkinan bayi tertular HIV dari ibunya pada masa
kehamilan adalah 15-20 persen. Sedangkan pada saat kelahiran 10-15 persen, dan
pada saat menyusui adalah 15-20 persen
5. Terjadinya luka
akibat pemakaian benda yang bersamaan.
Benda tersebut seperti
silet, pisau cukur juga bisa menularkan HIV. Biasakan mempunyai sikat gigi dan
pisau cukur sendiri, karena selain untuk kebersihan pribadi, jika terdapat
darah akan ada risiko penularan dengan virus lain yang diangkut aliran darah
(seperti hepatitis), bukan hanya HIV.
F.
Hal – Hal Yang Tidak Menularkan HIV
- Bersenggolan
dengan pengidap HIV
- Berjabat
tangan
- Bersentuhan
dengan pakaian atau barang-barang lainnyabekas penderita HIV
- Penderita
HIV yang bersin-bersin, batuk ataupun membuang ingus di depan kita
- ‘
- Bepelukan
- Berciuman
biasa, bukan deep kiss/ yang menyebabkan lecet
- Melalui
makanan dan minuman, atau makan bersama dengan pengidap HIV
- Sama-sama
berenang di kolam renang
- Pemakaian
WC, wastafel atau kamar mandi bersama-sama
- Gigitan
nyamuk atau serangga lainnya
Virus HIV dapat menular melalui darah, air mani
atau cairan vagina yang masuk ke dalam tubuh. Tetapi anda tidak akan terinfeksi
dengan kontak fisik biasa, seperti berpelukan, berciuman, berdansa atau
berjabat tangan dengan seseorang yang terinfeksi HIV atau AIDS. Jadi jangan
kucilkan mereka.
G. Gejala HIV dan AIDS bervariasi berdasarkan fase infeksinya.
- Infeksi awal
Ketika infeksi HIV pertama, anda mungkin tidak
akan mengalami tanda atau gejala apapun. Tetapi dalam beberapa minggu anda
dapat mengalami:
- Demam
- Sakit kepala
- Radang tenggorokan
- Pembengkakan kelenjar limpa
- Ruam
- Infeksi selanjutnya
Anda mungkin tidak akan mengalami gejala apapun
dalam waktu 8 sampai 9 tahun, atau bahkan lebih. Tapi seiring dengan virus yang
melipatgandakan diri dan merusak sistem imun, anda mungkin akan mengalami infeksi
ringan atau gejala kronis seperti:
- Pembengkakan node limpa –
sering merupakan tanda awal infeksi HIV
- Diare
- Hilang berat badan
- Demam
- Batuk atau napas yang pendek
- Infeksi tahap akhir
Dalam waktu sekitar 10 tahun atau lebih setelah
infeksi pertama, masalah yang lebih serius dapat terjadi dan diistilahkan
dengan AIDS dan dapat terjadi:
- Infeksi yang terjadi ketika
sistem imun lemah, seperti pneumocystis carinii pneumonia (PCP)
- Kadar CD4 lymphocyte 200 atau
lebih rendah – normalnya adalah antara 800 sampai 1.200
Seiring dengan perkembangan AIDS, sistem imun
anda telah mengalami kerusakan parah. Infeksi akan mudah terjadi. Tanda dan
gejalanya adalah:
- Berkeringat di malam hari
- Menggigil atau demam lebih dari
38 Celcius untuk beberapa minggu
- Batuk kering dan napas pendek
- Diare kronis
- Noda putih pada lidah atau
mulut
- Sakit kepala
- Pandangan kabur
- Hilang berat badan
Anda juga dapat mengalami tanda dan gejala pada
tahap lanjut infeksi virus HIV itu sendiri, seperti:
- Rasa lelah yang tidak hilang
dan tidak terjelaskan
- Berkeringat pada malam hari
- Menggigil atau demam tinggi
untuk beberapa minggu
- Pembengkakan node limpa lebih
dari tiga bulan
- Diare kronis
- Sakit kepala yang tidak hilang
Jika anda terinfeksi virus HIV, anda juga lebih
rentan mengalami kanker, khususnya kanker servik, lymphoma dan Kaposi’s
sarcoma.
- Gejala HIV pada anak-anak
- Anak-anak dengan HIV positif
dapat mengalami:
- Sulit menambah berat badan
- Sulit berkembang secara normal
- Sulit berjalan
- Penundaan perkembangan mental
- Dapat mengalami infeksi
telinga, pneumonia dan tonsilis
H. Diagnosa HIV dan AIDS
Cara mendiagnosa HIV dan AIDS yaitu:
1. Uji antibodi
Infeksi HIV biasanya didiagnosis dengan tes
darah untuk mendeteksi antibodi yang diserang oleh virus. Uji ini bermaksud
untuk mendeteksi antibody yang telah diserang oleh HIV, dimana dalam hal ini
yang menjadi indikator adalah jumlah CD4 dalam tubuh, yaitu kurang dari 200/cu
mm.
2. Tes untuk HIV
Setelah uji antibodi tadi positif, tes kedua
dilakukan untuk mengkonfirmasi hasilnya.
a. Ada berbagai jenis tes skrining tersedia di
Amerika Serikat. Enzim immunoassay (EIA) yang digunakan pada darah adalah tes
penyaringan yang paling umum. EIA lain tes dapat mendeteksi antibodi dalam
cairan tubuh selain darah seperti cairan oral, urin, dan cairan vagina.
b. Rapid tes, tes skrining alternatif yang
menghasilkan hasil yang cepat dalam kira-kira 20 menit. Ada yang disetujui Food
and drug administration (FDA) tes yang menggunakan darah atau cairan oral. Tes
ini memiliki tingkat akurasi yang mirip dengan tes EIA tradisional.
Rumah-tes HIV tersedia di banyak toko obat
lokal. Darah diperoleh dengan tusukan jari dan dihapuskan pada filter strip.
Darah dikirimkan dalam amplop pelindung ke laboratorium untuk diuji. Semua tes
skrining positif harus dikonfirmasi dengan tindak lanjut tes darah yang disebut
Western Blot untuk membuat diagnosis positif.
I. Pengobatan HIV dan
AIDS
Dapatkah infeksi HIV disembuhkan? Pada dasarnya
infeksi HIV tidak dapat disembuhkan sampai orang yang menderita AIDS meninggal
dunia. Namun telah ditemukan obat yang dapat menghambat perkembangbiakan virus
(HIV) sehingga jumlahnya tidak bertambah di dalam tubuh. Pengobatan yang
dibutuhkan seorang ODHA diperlukan tidak hanya untuk menghambat
perkembangbiakan HIV (virus), tetapi juga untuk melawan infeksi sampingan yang
muncul dan untuk memperbaiki fungsi tubuh penderita akibat sistem kekebalannya
yang sudah rusak. Ada beberapa jenis obat yang telah ditemukan yang berfungsi
hanya menghambat perkembangbiakan HIV. Obat-obatan tersebut dinamakan obat anti
retroviral, contohnya:
1. Retrovir (AZT)
2. Avirzid
3. Adovi
4. Videx (DD)
5. Hivid (DDC)
6. Epivir (3TC)
7. Zerit (D4T)
8. Invirase (Saquinavir)
9. Norvir (Ritonavir)
10. Crixinvan (Indinavir)
Obat–obatan Antiretroviral (ARV) bukanlah suatu
pengobatan untuk HIV/AIDS tetapi cukup memperpanjang hidup dari mereka yang
mengidap HIV. Pada tempat yang kurang baik pengaturannya permulaan dari
pengobatan ARV biasanya secara medis direkomendasikan ketika jumlah sel CD4
dari orang yang mengidap HIV/AIDS adalah 200 atau lebih rendah. Untuk lebih
efektif, maka suatu kombinasi dari tiga atau lebih ARV dikonsumsi, secara umum
ini adalah mengenai terapi Antiretroviral yang sangat aktif (HAART). Kombinasi
dari ARV berikut ini dapat mengunakan:
1. Nucleoside
Analogue Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI'), mentargetkan pencegahan
protein reverse transcriptase HIV dalam mencegah perpindahan dari viral RNA
menjadi viral DNA (contohnya AZT, ddl, ddC & 3TC).
2. Non–nucleoside
Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTI's) memperlambat reproduksi dari HIV
dengan bercampur dengan reverse transcriptase, suatu enzim viral yang penting.
Enzim tersebut sangat esensial untuk HIV dalam memasukan materi turunan kedalam
sel–sel. Obat–obatan NNRTI termasuk: Nevirapine, delavirdine (Rescripta),
efavirenza (Sustiva).
3. Protease
Inhibitors (PI) mengtargetkan protein protease HIV dan menahannya sehingga
suatu virus baru tidak dapat berkumpul pada sel tuan rumah dan dilepaskan.
Pencegahan perpindahan dari ibu ke anak (PMTCT):
seorang wanita yang mengidap HIV(+) dapa menularkan HIV kepada bayinya selama
masa kehamilan, persalinan dan masa menyusui. Dalam ketidakhadiran dari
intervensi pencegahan, kemungkinan bahwa bayi dari seorang wanita yang mengidap
HIV(+) akan terinfeksi kira–kira 25%–35%. Dua pilihan pengobatan tersedia untuk
mengurangi penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak. Obat–obatan tersebut adalah:
1. Ziduvidine (AZT) dapat diberikan sebagai
suatu rangkaian panjang dari 14–28 minggu selama masa kehamilan. Studi
menunjukkan bahwa hal ini menurunkan angka penularan mendekati 67%. Suatu
angkaian pendek dimulai pada kehamilan terlambat sekitar 36 minggu menjadi 50%
penurunan. Suatu rangkaian pendek dimulai pada masa persalinan sekitas 38%.
Beberapa studi telah menyelidiki pengunaan dari Ziduvidine (AZT) dalam
kombinasi dengan Lamivudine (3TC)
2. Nevirapine: diberikan dalam dosis tunggal
kepada ibu dalam masa persalinan dan satu dosis tunggal kepada bayi pada
sekitar 2–3 hari. Diperkirakan bahwa dosis tersebut dapat menurunkan penularan
HIV sekitar 47%. Nevirapine hanya digunakan pada ibu dengan membawa satu tablet
kerumah ketika masa persalinan tiba, sementara bayi tersebut harus diberikan
satu dosis dalam 3 hari.
Post–exposure prophylaxis (PEP) adalah sebuah
program dari beberapa obat antiviral, yang dikonsumsi beberapa kali setiap
harinya, paling kurang 30 hari, untuk mencegah seseorang menjadi terinfeksi
dengan HIV sesudah terinfeksi, baik melalui serangan seksual maupun terinfeksi
occupational. Dihubungankan dengan permulaan pengunaan dari PEP, maka suatu
pengujian HIV harus dijalani untuk menetapkan status orang yang bersangkutan.
Informasi dan bimbingan perlu diberikan untuk memungkinkan orang tersebut
mengerti obat–obatan, keperluan untuk mentaati, kebutuhan untuk mempraktekan
hubungan seks yang aman dan memperbaharui pengujian HIV.
Antiretrovirals direkomendasikan untuk PEP
termasuk AZT dan 3TC yang digunakan dalam kombinasi. CDC telah memperingatkan
mengenai pengunaan dari Nevirapine sebagai bagian dari PEP yang berhutang pada
bahaya akan kerusakan pada hati. Sesudah terkena infeksi yang potensial ke HIV,
pengobatan PEP perlu dimulai sekurangnya selama 72 jam, sekalipun terdapat
bukti untuk mengusulkan bahwa lebih awal seseorang memulai pengobatan, maka
keuntungannya pun akan menjadi lebih besar. PEP tidak merekomendasikan proses
terinfeksi secara biasa ke HIV/AIDS sebagaimana hal ini tidak efektif 100%; hal
tersebut dapat memberikan efek samping yang hebat dan mendorong perilaku
seksual yang tidak aman.
Pengobatan menggunakan antiretroviral (ART) dan
telah secara substansial mengurangi komplikasi terkait HIV dan kematian. Namun,
tidak ada obat untuk HIV / AIDS. Terapi dimulai dan individual di bawah
pengawasan dokter ahli dalam perawatan pasien terinfeksi HIV. Sebuah kombinasi
dari setidaknya tiga obat dianjurkan untuk menekan virus dari replikasi dan
meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Kelas-kelas yang berbeda obat termasuk:
1. Reverse transcriptase inhibitor: obat ini
menghambat kemampuan virus untuk membuat salinan dari dirinya sendiri.
2. Protease inhibitor (PI): Obat-obat ini
mengganggu replikasi virus pada langkah selanjutnya dalam siklus hidup,
mencegah sel-sel dari memproduksi virus baru.
Kedua obat yang digunakan dalam kombinasi dengan
obat anti-HIV. Menghentikan HIV integrase inhibitor gen dari menjadi dimasukkan
ke dalam DNA sel manusia. Ini merupakan kelas baru obat-obatan, belum lama ini
disetujui untuk membantu mengobati orang-orang yang sudah kebal terhadap obat
lain. Raltegravir (Isentress) adalah obat pertama dalam kelas ini disetujui
oleh FDA, pada tahun 2007. Menghentikan obat antiretroviral virus replikasi
virus dan menunda perkembangan AIDS. Namun, mereka juga memiliki efek samping
yang dapat parah. Mereka termasuk penurunan sel darah putih, radang pankreas,
keracunan hati, ruam, masalah pencernaan, peningkatan kadar kolesterol,
diabetes, lemak tubuh yang abnormal distribusi, dan menyakitkan kerusakan
saraf.
Wanita hamil yang HIV-positif harus mencari
perawatan segera karena terapi ART mengurangi risiko penularan virus ke janin.
Ada obat-obatan tertentu, Namun, yang berbahaya bagi bayi. Oleh karena itu,
melihat seorang dokter untuk mendiskusikan obat anti-HIV sangat penting. Orang
dengan infeksi HIV harus di bawah perawatan seorang dokter yang berpengalaman
dalam mengobati infeksi. Semua orang dengan HIV harus dinasihati tentang
menghindari penyebaran penyakit. Individu yang terinfeksi juga dididik tentang
proses penyakit, dan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup
mereka.
Obat-obatan tersebut belum menjamin proses
penyembuhan. Hal ini mungkin hanya memperpanjang hidup penderita untuk beberapa
tahun saja. Karena sampai sekarang belum ada obat yang dapat membunuh virus ini
(HIV) secara total. Juga belum ditemukan perawatan yang optimal untuk
menyempurnakan kembali sistem kekebalan tubuh.
J.
Pencegahan HIV dan AIDS
Ada tiga cara pencegahan penularan HIV, yaitu:
1. Pencegahan penularan melalui hubungan seksual
Diketahui bahwa infeksi HIV terutama terjadi
melalui hubungan seksual. Oleh karena itu pencegahan penularan melalui hubungan
seksual memegang peranan paling penting. Untuk itu setiap orang perlu memiliki
perilaku seksual yang aman dan bertanggung jawab. Konsep pencegahan penularan
HIV melalui hubungan seksual dikenal dengan istilah ABC.
A = Abstinence = puasa,
yaitu tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Hubungan seksual hanya
dilakukan melalui pernikahan yang sah.
B = Be faithful = setia
dengan pasangan, yaitu jikapun telah menikah, mengadakan hubungan seksual hanya
dengan pasangannya saja, suami atau istri sendiri. Tidak mengadakan hubungan
seks di luar nikah.
C = using Condom =
menggunakan kondom, yaitu bagi orang tertentu yang mempunyai kebiasaan buruk
berganti-ganti pasangan, maka dianjurkan untuk menggunakan kondom agar tidak
menulari orang lain.
2. Pencegahan penularan melalui darah
Penularan HIV melalui darah menuntut kita untuk
berhati-hati dalam berbagai tindakan yang berhubungan dengan darah maupun
produk darah dan plasma.
a. Transfusi darah
Harus dipastikan bahwa darah yang digunakan
untuk transfusi tidak tercemar HIV. Perlu dianjurkan pada seseorang yang
mengidap HIV positif, untuk tidak menjadi donor. Begitu pula mereka yang
mempunyai perilaku berisiko tinggi, misalnya sering melakukan hubungan seks
dengan berganti-ganti pasangan. b. Penggunaan produk darah dan plasma Sama
halnya dengan darah yang digunakan untuk transfusi, maka terhadap produk darah
dan plasma (cairan darah) harus dipastikan tidak tercemar HIV.
c. Penggunaan alat suntik dan alat lain yang
dapat melukai kulit
Penggunaan alat-alat seperti jarum suntik, alat
cukur, alat tusuk untuk tindik, perlu memperhatikan sterilisasinya. Tindakan
desinfeksi dengan pemanasan atau larutan desinfektan merupakan tindakan yang
sangat penting dilakukan. Konsep pencegahan ABC seringkali dilanjutkan dengan
konsep DE. Sehingga seluruhnya menjadi konsep pencegahan ABCDE. Konsep DE dapat
dijelaskan sebagai berikut.
D = Do not inject =
secara khusus tidak menggunakan jarum suntik yang terkontaminasi HIV (sharing
needle) saat menggunakan narkoba suntik dan secara umum tidak menggunakan
obat-obatan yang tergolong narkoba (Drugs)
E = Education = melalui
pendidikan diupayakan agar orang terhindar dari berperilaku yang rawan tertular
HIV. Upaya tersebut antara lain dengan mempertebal iman dan taqwa agar tidak
terjermus ke dalam hubungan-hubungan seksual di luar nikah. Atau menggunakan
sterile Equipment (peralatan steril) dalam melakukan hal-hal yang melukai kulit
seperti suntik, tindik, akupunktur, bekam, dan tato.
3. Pencegahan penularan dari ibu kepada anak
Kemungkinan atau risiko terinfeksinya bayi atau
janin yang dikandung oleh seorang ibu yang mengidap HIV cukup besar, yaitu
kira-kira sebesar 30 -40 %. Risiko tersebut semakin besar apabila ibu telah
terinfeksi atau sudah menunjukkan gejala AIDS. Oleh karena itu, bagi seorang
ibu yang sudah terinfeksi HIV dianjurkan untuk mempertimbangkan kembali tentang
kehamilannya. Melihat kondisi seperti telah disebutkan di atas, yang bisa kita
lakukan untuk pencegahan penyebaran HIV adalah berperilaku yang bertanggung
jawab baik bagi diri kita sendiri dan orang lain, dan berperilaku sesuai dengan
tuntutan norma agama, adat istiadat dan budaya kita.
Tidak ada vaksin untuk mencegah infeksi HIV dan tidak ada penyembuh untuk AIDS. Jaga kesehatan dan lindungi diri anda dari faktor-faktor risiko adalah jalan terbaik.
Jika anda HIV negatif maka tindakan yang terbaik adalah:
Tidak ada vaksin untuk mencegah infeksi HIV dan tidak ada penyembuh untuk AIDS. Jaga kesehatan dan lindungi diri anda dari faktor-faktor risiko adalah jalan terbaik.
Jika anda HIV negatif maka tindakan yang terbaik adalah:
- Ketahui apa itu HIV dan
bagaimana penularannya
- Ketahui status kesehatan
pasangan seksual anda
- Gunakan kondom setiap kali
melakukan hubungan seksual
- Pertimbangan untuk melakukan
penyunatan pada laki-laki
- Gunakan jarum suntik steril
- Waspada terhadap darah
transfusi
- Periksakan kesehatan secara
teratur
Jika anda positif mengidap HIV maka anda harus melindungi orang di sekeliling anda dengan:
Lakukan hubungan seksual yang aman dengan
memakai kondom
Beritahukan pasangan anda bahwa anda mengidap
HIV
Jika pasangan anda hamil, beritahukan bahwa
anda mengidap HIV dan lakukan perawatan untuk menjaga kesehatannya dan bayinya
Katakan kepada orang lain yang anda rasa
perlu untuk tahu bahwa anda mengidap HIV
Jangan berbagi jarum suntik
Jangan donorkan darah dan organ anda
Jangan berbagi pisau cukur atau sikat gigi
Jika anda hamil, ambil perawatan medis
secepatnya
Cara Pencegahan HIV AIDS :
Pencegahan penularan melalui hubungan seksual.
Pastikan untuk tidak berhubungan seks dengan orang yang terinveksi virus HIV.
Berganti-ganti pasangan seksual sangat beresiko tinggi mudah tertular virus
HIV.
Pencegahan penularan melalui transfusi darah.
Pastikan bahwa darah yang akan di transfusi steril dari kontaminasi virus HIV.
Pencegahan penularan melalui kehamilan. Ibu yang
terinveksi HIV sebaiknya tidak hamil.
Pencegahan penularan melalui penyalah gunaan
obat. Penyalah gunaan narkoba dengan jarum suntik sangat mudah sekali
menularkan virus HIV.
Pencegahan penularan melalui alat tidak steril.
Setiap alat yang di gunakan untuk orang banyak yang beresiko membawa virus HIV
harus disterilkan terlebih dahulu dengan menggunakan lisol, detol, atau alkohol.
Pencegahan penularan melalui pola hidup sehat.
Orang-orang yang memiliki kebiasaan seks bebas, bertato, pemakaian narkoba
dengan jarum termasuk mereka yang beresiko tinggi terkena AIDS. Untuk itu perlu
mengubah kebiasaan untuk hidup lebih sehat dan aman.
Pencegahan penularan melalui pernikahan.
Pernikahan dengan orang-orang yang memiliki riwayat pekerjaan atau kebiasaan
hidup beresiko tinggi tertular HIV sebaiknya dilakukan tes HIV AIDS.
Pencegahan HIV menurut http://kesmas-unsoed.info
Ada 2 macam pencegahan yaitu:
1. Pencegahan yang dikhususkan pada kelompok
yang berperilaku beresiko, yaitu:
• Pendidikan kesehatan,
• Melakukan konseling dan test HIV secara suka
rela,
• Absen dari seks. Ini jelas memiliki keterbatasan
daya tarik, tapi benar-benar melindungi terhadap penularan HIV melalui rute
ini,
• Berhubungan seks dengan satu pasangan yang
tidak terinfeksi. Saling monogami antara pasangan yang tidak terinfeksi
menghilangkan risiko penularan HIV seksual,
• Menggunakan kondom dalam situasi yang lain.
Kondom menawarkan perlindungan jika digunakan dengan benar dan konsisten.
Kadang-kadang, mereka bisa pecah atau bocor. Hanya kondom terbuat dari lateks
harus digunakan. Hanya pelumas berbahan dasar air harus digunakan dengan kondom
lateks,
• Tidak memakai jarum atau menyuntikkan
obat-obatan terlarang,
• Jika Anda bekerja di bidang perawatan
kesehatan, ikuti panduan nasional untuk melindungi diri terhadap jarum suntik
dan paparan cairan tercemar,
• Risiko penularan HIV dari wanita hamil kepada
bayinya dapat dikurangi secara signifikan, bila si ibu mengambil obat-obatan
selama kehamilan, persalinan, dan melahirkan dan bayinya mengambil obat untuk
enam minggu pertama kehidupan. Bahkan kursus singkat perawatan yang efektif,
meski tidak optimal. Kuncinya adalah untuk mendapatkan tes HIV sedini mungkin
dalam kehamilan. Dalam konsultasi dengan dokter, banyak wanita memilih untuk
menghindari menyusui untuk meminimalkan risiko penularan setelah bayi lahir,
• WHO merekomendasiakan untuk melakukan terapi
sejak fase asimptomatik.
2. Pencegahan pada penderita AIDS:
• Segera melapor pada institusi kesehatan lokal,
• Melakukan pengobatan khusus atau terapi,
• Penyedian pelayanan khusus bagi penderita AIDS
di rumah sakit,
• Mengurangi penyebaran infeksi HIV/AIDS dengan
cara tidak mentransfusi darah penderita AIDS pada pasien lain dirumah sakit,
• Mengurangi resiko penularan dari ibu kepada
bayinya dengan cara mengurangi pemberian Azidothymidine (AZT).
K. Bahaya Besar Penyakit
HIV AIDS
1.Tidak Ada obat
AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang
disebabkan oleh virus HIV yang mudah menular dan mematikan. Virus tersebut
merusak system kekebalan tubuh manusia, dengan akibat turunnya/hilangnya daya
tahan tubuhnya sehingga mudah terjangkit dan meninggal karena penyakit infeksi,
kanker lainnya. Dan sampai saat ini belum ditemukan vaksin pencegahnya atau
obat untuk penyembuhannya.
2.Kematian
Menurut perhitungan WHO (1992) tidak kurang dari
3 orang di seluruh dunia terkena infeksi virus AIDS setiap menitnya. Dan yang
mengerikan adalah jumlah penderita 70% adalah kalangan pemuda, usia produktif.
3. Serangan Bagi Anak Muda
Kelompok resiko tinggi terjangkitnya penyakit
bahaya ini adalah homoseksual, heteroseksual, promiskuitas, penggunaan jarum
suntik pecandu narkotik dan free sex serta orang-orang yang mengabaikan
nilai-nilai moral, etik, dan agama (khususnya para remaja/generasi muda usia
13-25 tahun).
4. Tidak Bermoral
Pola dan gaya hidup barat sebagai konsekuensi
modernisasi, industrialisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah
menyebabkan perubahan-perubahan nilai kehidupan yang cenderung mengabaikan
nilai-nilai moral, etik, dan agama, termasuk nilai-nilai hubungan seksual antar
individu.
5. Seks Bebas
Permasalahan lain yang berdampak sangat tinggi
bagi penularan virus AIDS adalah remaja yang meninggalkan rumah/minggat menjadi
anak jalanan, dan tuna susila yang melakukan seksual aktif dan pecandu narkoba
secara bebas dan tidak terjaga kebersihan/kesehatannya.
6. Bunuh Diri
Jika seseorang menderita penyakit ini, maka akan
menimbulkan depresi yang mendalam, semangat hidup rendah dan hilang kepercayaan
diri. permasalahan ini telah banyak memakan korban jiwa, sebab dari
mereka-mereka yang terjangkit penyakit ini selalu mengakhiri penyakit yang di
deritanya dengan bunuh diri.
7.Gila
Orang yang Hilang kepercayaan diri, banyak
dijahui orang karena penyakit yang dideritanya ini akan menimbulkan stress yang
begitu berat, jika Stress yang diderita terus dibiarkan maka akan menyebabkan
kegilaan alias tidak mempunyai kesadaran normal.
L.
Dampak HIV dan AIDS
Dampak Sosial dari HIV dan AIDS
Beberapa
dampak sosial dari epidemi HIV/AIDS antara lain adalah:
o
Menurunnya produktivitas masyarakat
o
Mengganggu terhadap program pengentasan kemiskinan
o
Meningkatnya angka pengangguran
o
Mempengaruhi pola hubungan sosial di masyarakat
o
Meningkatkan kesenjangan pendapatan/kesenjangan sosial
o
Munculnya reaksi negatif dalam bentuk; deportasi, stigmatisasi, diskriminasi
dan Isolasi, tindakan kekerasan terhadap para pengidap HIV dan penderita AIDS.
Dampak HIV dan AIDS terhadap Pengembangan SDM
HIV
dan AIDS dapat menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita, orang tua maupun
anak muda dan bayi. Data selama ini menunjukkan bahwa AIDS banyak menyerang
usia produktif (83%) bahkan 65% diantaranya berusia muda (15-30 tahun). Keadaan
ini membawa dampak yang sangat besar terhadap pengembangan SDM (Sumber Daya
Manusia), antara lain:
o
Mempengaruhi mutu SDM
o
Menurunkan mutu SDM masa yang akan datang
o
Menurunkan produktivitas tenaga kerja yang sedang aktif.
Dampak HIV dan AIDS terhadap Demografi
Ledakan kasus HIV dan
AIDS tidak hanya berdampak terhadap ekonomi saja tetapi juga kepada stru ktur
demografi di Indonesia yang akan bergeser/berbeda dari yang telah
diproyeksikan. Perubahan pergeseran-pergeseran proyeksi sebagai akibat HIV dan
AIDS yang dapat terjadi adalah :
o Menurunnya angka
harapan hidup
o Komposisi
berkurangnya tenaga kerja muda
o Makin berkurangnya
tenaga kerja muda
o Biaya tenaga kerja
mahal bersamaan dengan peningkatan kesulitan mencari pekerjaan
o Angka kematian bayi
dan anak meningkat
o Angka kematian Ibu
meningkat
Dampak HIV dan AIDS
terhadap Sektor Kesehatan
AIDS merupakan penyakit
yang belum ditemukan obat untuk menyembuhkannya dan belum ada vaksin untuk
mencegahnya. Perawatan ODHA di rumah sakit akan menambah beban biaya pelayanan
kesehatan, karena akan meningkatkan pula tingkat hunian rumah-rumah sakit.
Akibatnya, biaya operasional untuk merawat para penderita AIDS akan bertambah,
sehingga berdampak terhadap program lain dalam hal berkurang penyediaan
anggarannya, misalnya untuk program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), gizi anak,
pemberantasan penyakit menular, penyuluhan kesehatan, imunisasi, sanitasi
lingkungan, dan lain-lain. Sedangkan program-program di atas sangat penting dan
berperan besar dalam peningkatan SDM untuk masa yang akan datang. Selain itu
dampak HIV/AIDS terhadap kesehatan fisik dan psikologis adalah sebagai berikut:
o Dampak Fisik
Dilema transfusi darah,
artinya orang yang menerima donor darah menjadi turut terinfeksi HIV, padahal
disatu sisi dia sangat memerlukan tambahan darah
Menstruasi terganggu,
tingkat kesuburan menurun
Meningkatnya angka
kesakitan dan kematian Ibu, laju infeksi, hamil di luar rahim, bayi lahir mati,
komplikasi masa hamil
Risiko tinggi kanker
leher rahim
Meningkatnya penyakit
oportunistik
o Dampak Psikologis
Timbulnya kecemasan dan
depresi, karena banyak hal yaitu: sudah terinfeksi penyakit mengerikan, ditolak
lingkungan, tidak mampu memiliki jalan keluar, tidak yakin akan kesembuhan,
akibat buruk HIV dan AIDS termasuk kematian, kehilangan kepercayaan, kehilangan
kesempatan sekolah dan kehilangan pekerjaan, karena stigma dan diskriminasi
oleh mitra, teman, sanak keluarga dan masyarakat. Kebahagiaan dan ketahanan
keluarga menjadi berkurang.
Dampak HIV dan AIDS
terhadap Sektor Pendidikan
HIV dan AIDS yang
penularannya sangat cepat dan mematikan, menimbulkan ancaman sekaligus dampak
yang sangat serius, khususnya pada sektor pendidikan. Mengapa demikian, oleh
karena data menunjukkan bahwa penaykit tersebut menyerang usia produktif,
bahkan 65 % diantaranya remaja dan pemuda (15-30 tahun) dan masa usia tersebut
merupakan masa usia sekolah. Ancaman bagi para remaja dan pemuda patut diwaspadai
oleh karena masa remaja biasanya bersifat ingin tahu dan berkeinginan untuk
mencoba-coba serta berpetualang dalam hal hubungan seksual, alkohol, serta
pornografi yang akhirnya dapat menyebabkan korban HIV dan AIDS. Beberapa dampak
HIVda AIDS terhadap sektor pendidikan, antara lain:
o Menurunnya
semangat/produktivitas belajar
o Menurunnya jumlah
peserta pendidikan, pelajar/mahasiswa
o Menurunnya mutu
pendidikan
o Menurunnya SDM secara
kualitatif dan kuantitatif.
Dampak HIV dan AIDS
terhadap Aspek Keamanan dan Aspek Politik
o Dampak HIV dan AIDS
pada bidang politik merupakan akibat yang ditimbulkan oleh dampak HIV dan AIDS
pada bidang lainnya seperti kesehatan, sosial, ekonomi, budaya dan agama
o Akibat sosial yang
disebabkan oleh wabah HIV dan AIDS berdampak secara langsung pada bidang
keamanan dan ketertiban masyarakat. Kejahatan dalam semua segi, mutu pelayanan
yang menurun, terjadinya diskriminasi di masyarakat dan menurunnya moral akan
berdampak di bidang keamanan dan ketertiban masyarakat dan hal ini akan
berakibat luas pada segi pembangunan yang akhirnya akan berdampak politik.
o Dampak negatif HIV
dan AIDS pada kondisi sosial, ekonomi, kesehatan, budaya dan agama yang
merupakan sendi-sendi vital kehidupan suatu negara akan melemahkan ketahanan
nasional negara yaitu edeologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan
keamanan (IPOLEKSOSBUDHANKAM). Hal demikian akan berakibat terjadinya
ketidakstabilan politik dan kemelut politik yang panjnag. Hal ini tentunya akan
menghambat laju pembangunan nasional.
Dampak HIV dan AIDS
terhadap Aspek Ekonomi
Dampak HIV dan AIDS di
bidang ekonomi dapat dilihat dari 2 sisi yaitu dampak secara langsung dan
secara tidak langsung. Dampak ini dimulai dari tingkat individu, keluarga,
masyarakat dan akhirnya pada negara dan mungkin dunia.
o Dampak Ekonomi secara
Langsung
Epidemi HIV dan AIDS
akan menimbulkan biaya tinggi, baik pada pihak penderita maupun pihak rumah
sakit. Hal ini dikarenakan obat penyembuh yang belum ditemukan. Sehingga biaya
harus terus dikeluarkan hanya untuk perawatan dan memperpanjang usia penderita.
Di lain pihak, penelitian harus terus menerus dilakukan dan biaya lainnya
sangat dibutuhkan seperti biaya untuk upaya-upaya pencegahan.
o Dampak Ekonomi secara
tidak Langsung
Sumber daya alam yang
besar menjadi kurang mampu dikelola oleh sumber daya manusia baik sebagai
tenaga kerja maupun sebagai konsumen potensial akibat terganggunya kesehatan
mereka. Hal ini tentu akan mengakibatkan menurunnya produksi dari berbagai
investasi.
L.
Peran serta Pemerintah dalam penanggulangan HIV
Jumlah penderita
HIV/AIDS di Indonesia sudah mencapai tahap yang memprihatinkan karena hampir
merambah ke seluruh propinsi di Indonesia. Penyakit yang hingga saat ini belum
ditemukan vaksin, upaya penanganan yang tepat bagi penderita, serta
obatan-obatan yang bisa menyembuhkannya ini kian susah dikendalikan. PBB
menyebutkan bahwa masalah HIV/AIDS, Indonesia bisa dikatakan sebagai salah satu
negara dengan peningkatan tercepat se Asia, hal itu dikarenakan rendahnya
tingkat pendidikan dan pemahaman masyarakat tentang penyakit HIV/AIDS.
Peran pemerintah dalam
mencegah penyebaran HIV sangat diperlukan, karena hal itu merupakan cara paling
efektif untuk menghindari penyebaran HIV/AIDS.Peran pemerintah dalam mencegah
penyebaran HIV ini bisa dimulai dengan sosialisasi kepada masyarakat tentang
penyakit HIV/AIDS, bahaya, dan upaya pencegahannya. Selain itu, pemerintah bisa
melakukan hal-hal berikut ini :
- Pemberian
layanan pengobatan gratis bagi penderita HIV/AIDS
- Pengadaan
kegiatan penyuluhan, pemantauan, pencegahan, pengendalian, dan
penaggulangan HIV/AIDS
- Pengadaan
layanan konseling dan tes HIV
- Pengadaan
kampanye pencegahan penyebaran HIV/ AIDS yang ditujukan kepada para remaja
agar generasi muda kita terjaga dari penularan HIV/AIDS
Dengan adanya
program-program diatas, diharapkan mata rantai penyebaran HIV bisa diputus atau
dikendalikan. Namun, ada baiknya jika pemerintah lebih mengutamakan pada
pendidikan masyarakat mengenai apa itu HIV, cara-cara penularan penyakit HIV,
dan lain sebagainya. Hal itu bertujuan agar para masyarakat bisa mengubah
kebiasaan hidup tidak sehat yang memudahkan penularan HIV. Selain itu,
pemerintah juga harus memberikan informasi kepada masyarakat mengenai cara-cara
yang bisa dilakukan untuk menghindari HIV/AIDS, yang diantaranya sebagai
berikut :
Mulai membiasakan diri
dengan perilaku seks yang sehat, karena penularan HIV bisa terjadi akibat seks
bebas, homoseks, dan sek tanpa pengaman,
Tidak sembarangan
menggunakan jarum suntik dan alat-alat kesehatan yang tidak steril
Mulai membiasakan untuk
menjauhi penggunaan Narkoba karena rentan tertular penyakit HIV.
Tidak menerima
transfusi darah dari penderita HIV/AIDS, untuk itu lakukan upaya pemeriksaan
untuk memastikan pendonor bebas dari HIV.
Menganjurkan bagi
wanita yang positif HIV untuk tidak hamil agar tidak menularkan kepada janin
dalam kandungan.
M.
Peran serta Remaja dalam mencegah penularan HIV
Kampanye pencegahan HIV
AIDS sudah lama dimulai. Pemerintah dan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) melalui
berbagai media informasi secara terus menerus berusaha meningkatkan pemahaman
masyarakat terhadap HIV AIDS. Mulai dari bahaya HIV AIDS, cara penularannya dan
cara pencegahannya. Dalam hal ini peran serta masyarakat sangat dibutuhkan
untuk lebih menyebarluaskan informasi tentang HIV AIDS sehingga informasi dapat
diterima dengan merata dan pemahaman masyarakat tentang HIV AIDS pun meningkat.
Salah satu elemen
masyarakat yang memegang peranan penting dalam meningkatkan pemahaman terhadap
HIV AIDS adalah remaja. Remaja dengan segala dinamikanya adalah generasi
penerus yang kedepannya sangat menenetukan akan kemana nasib suatu bangsa.
Hubungannya dengan pencegahan HIV AIDS adalah jika remaja saat ini sudah begitu
paham tentang HIV AIDS maka kedepannya, mereka juga akan bisa menentukan
langkah-langkah apa yang perlu diambil dalam proses pencegahan HIV AIDS sesuai
kondisi yang berkembang.
Beberapa alasan tentang
pentingnya peran remaja dalam pencegahan HIV AIDS adalah
- Remaja
adalah sosok individu yang sedang mencari jati diri. Dalam pencarian jati
diri tersebut remaja akan mudah memasuki berbagai pergaulan sosial yang
dirasa sesuai. Jika remaja sudah memahami tentang HIV AIDS maka dia bisa
menjadi pencerah dalam lingkup pergaulan dimana dia terlibat. Dia bisa memberikan
pemahaman tentang HIV AIDS dalam lingkup pergaulannya sehingga jika di
dalam lingkup pergaulannya ada individu yang sedang menghadapi masalah
yang berhubungan dengan HIV AIDS/ ODHA, dia bisa memberikan masukan atau
saran yang baik. Dengan demikian diharapkan individu yang mempunyai
masalah HIV AIDS/ODHA dapat menghadapi masalahnya dengan positif.
- Remaja
adalah anak jaman. Remaja adalah sosok yang mengenal baik budaya atau
tren yang sedang berkembang. Suatu
proses sosialisasi atau pemahaman akan berlangsung efektif jika melalui
pendekatan budaya. Karena itu remaja sangat berperan terhadap efektifnya
sosialisasi atau pemahaman tentang HIV AIDS karena remaja mengetahui
bagaimana cara penyampaian informasi yang sesuai dengan budaya atau tren
yang sedang berlangsung.
- Remaja
adalah pemegang kendali kebijakan di masa depan. Jika saat ini remaja
sudah sangat memahami HIV ADIS maka kemungkinan besar di masa depan mereka
dapat menentukan kebijakan yang sesuai yang berhubungan dengan pencegahan
HIV AIDS.
Dengan melihat betapa
pentingnya peran remaja maka marilah para remaja untuk berperan aktif dalam
pencegahan HIV AIDS. Untuk memulainya bisa dengan rumus 3M (mengutip rumus dari
seorang ustadz favorit) Mulai dari diri sendiri, Mulai dari yang kecil dan
Mulai sekarang juga.
Mari kita bantu juga
ODHA untuk bisa positif dan optimis menjalani kehidupan. Kita motivasi terus
agar tidak pernah menyerah dengan HIV AIDS. Memang saat ini belum ada obatnya
tapi siapa tahu dengan semakin majunya teknologi kedokteran dan farmasi dalam
waktu dekat akan ditemukan obatnya. Belasan tahun lalu penyakit cacar sangat
menakutkan sehingga pemerintah menjalankan program vaksinansi cacar, tapi saat
ini obat cacar sudah bisa dibeli dengan harga murah.
Kita sampaikan juga
kepada ODHA bahwa perjuangan menghadapi HIV AIDS tidak pernah sia-sia. Mungkin
dengan HIV AIDS yang diderita merupakan rencana Tuhan untuk membentuk ODHA
menjadi pribadi yang lebih baik dibanding sebelumnya. Segala kesusahan atau
penderitaan yang dijalani di dunia ini mungkin merupakan jalan untuk mencapai
kebahagiaan di kehidupan berikutnya.
N.
Perkembangan terbaru dari Pengobatan HIV dan AIDS
Pusat Studi Perlebahan
Lembaga Penyakit Tropis Universitas Airlangga (LPT Unair), Surabaya sedang
melakukan uji klinis terhadap manfaat propolis lebah bagi kesembuhan pasien
HIV/AIDS. Penelitian ini terinspirasi dari uji coba bee venom atau racun lebah
di Amerika yang berhasil menyembuhkan seorang gadis sembilan tahun. Ketua Pusat
Studi Perlebahan LPT Unair James Hutagalung mengatakan, kelompok studinya juga
melakukan hal serupa.
Namun, James dan timnya
melakukan uji coba terhadap pasien HIV/AIDS dengan menggabungkan terapi
propolis atau air liur dan racun lebah. Riset dengan racun lebah banyak
dilakukan di luar negeri. Namun baru pertama kali di Indonesia.
Racun dari lebah
ternyata mampu menembus dinding sel virus. Ia tidak menghancurkan tapi menembus
sehingga virusnya mengecil dan bersifat saling membunuh dan lama-kelamaan
hilang.James dan rekannya melakukan uji coba klinis terhadap seorang pasien
laki-laki dewasa penderita HIV/AIDS. Pasien ini datang ke LPT Unair dalam
keadaan sudah koma selama tiga-empat pekan.
Dalam tiga pekan
pemberian propolis, terjadi perubahan pada pasien. Hasilnya cukup mengejutkan,
pasien yang telah koma ini sadar dan mampu membuka mata.Selama terapi, pasien
diberi propolis dosis 500 miligram tiga kali sehari. Tablet propolis yang sudah
dihancurkan dimasukkan dalam cairan infus pada pagi, siang dan sore hari.Selain
propolis, pasien juga diterapi dengan sengat lebah satu pekan sekali. Pasien
menerima dua sengat lebah sekali terapi, di kiri dan kanan leher belakang.
"Bahan aktif yang
berperan penting dalam proses penghancuran sel itu disebut melitin yang ada di
dalam bee venom. Sedangkan di dalam propolis ada tujuh bahan aktif, salah
satunya adalah flavonoid," ujar James, Selasa (28/5).Propolis berada di
dalam rumah lebah. Warnanya kehitaman. Propolis adalah campuran dari nektar dan
air liur lebah. Propolis yang dikumpulkan berasal dari jenis lebah dari Eropa, Apis Mellifera. Propolis yang telah
dikumpulkan, diambil ekstraknya dengan cara maserasi. Perbandingannya, satu
kilogram propolis dicampur dengan lima liter ethanol. Kemudian dikocok selama
dua pekan. Proses tersebut dinamakan maserasi.
Setelah dimaserasi,
campuran propolis tersebut dikeringkan dengan alat rotavapor atau alat
penguapan. Dari proses ini tertinggal kristal-kristal propolis atau ekstraknya.
Ekstrak inilah yang diberikan pada pasien. Ekstrak ini sudah bisa dimanfaatkan
karena dibuat dalam bentuk tablet."Pemberian obat alami atau natural
medicine ini dilakukan secara simultan dengan obat antiretroviral," kata
James.Terapi ini diberikan selama jangka waktu tiga bulan atas persetujuan dari
keluarga pasien. James berharap dalam tiga bulan ke depan hasilnya maksimal.
Artinya, pasien dapat sehat kembali.
0 komentar on "MAKALAH HIV DAN AIDS"
Posting Komentar