Hai everybody... autor abal-abal come back... maaf ya nextnya lama -__-V saya teh sibuk pisan.. punten atuhh... oh ya buat yang baru aja baca.. bisa di cek dibawah ini :
Oke.. selamat membaca :D silahkan yg mau kasih kritik dan saran :)) Jangan diCopast ya..
BAB IV THE OTHER “LINTANG” FROM OKLAHOMA
Pintu megah dan kokoh yang terbuat dari kayu ulmus glabra
ini pun terbuka…, terlihat kepala seorang remaja lelaki seumuranku menyembul
dari sela-sela pintu.. “ohh… kau rupannya..,” ucapnya seraya membuka pintu
lebih lebar dan memberi jalan untukku “ kau tak ke café lagi hari ini?”
lanjutnya.., aku menggeleng “sepertinya aku akan terlambat datang.., ku dengar
sebentar lagi akan ada badai salju” jawabku sambil mengganti sepatu supraku
dengan sandal keropiku. “ahh jadi itu alasannya kau pulang awal?” tanyanya
sambil menuangkan coklat hangat ke dua buah cangkir klasik di pentry “yah..
begitulah..” balasku seraya membenarkan posisi dudukku disalah satu bangku
pentry.., “Ku dengar ada seorang lelaki muda yang menggantikanmu diCafe
kemarin” ucapnya tetap focus menggarnish waffle yang baru saja ia keluarkan
dari panggangan, “benarkah? Siapa?” balasku sambil memngamati tiap
gerak-geriknya “lelaki muda dengan paras yang tampan, itu kata Esme” balasnya
sambil tersenyum puas dan mendorong piring berisi waffle itu “tapi tetap saja,
tak dapat mengalahkan ketampananku” lanjutnya cengengesan sambil menyodoriku
secangkir coklat hangat yang tadi ia siapkan, aku menjitak kepalannya pelan “simpan
saja pesonamu itu untuk gadis-gadis pesolek diluar sana, aku tak akan sudi
mendengar ocehanmu itu lagi..” balasku sambil menyeringai dan membawa sepiring
waffle dan coklat panasku tadi “Hey…Kemarikan waffleku bocahh…!!!” teriaknya..
aku tetap berjalan kearah ruang keluarga yang amat luas dan hangat, Ku dudukkan
tubuhku diatas permadani tebal yang hangat.. dan menyeruput coklat hangat dari
Logan tadi.., derap langkah kaki yang teratur menggema diruangan ini “Kau ini
curang sekali.., aku ini juga sedang kelaparan bodoh” ocehnya sembari mencomot
salah satu waffle dan ikut duduk disampingku,
hening… itulah yang terjadi saat ini., yang ada hanyalah
suara deru nafas kami yang seakan tengah berkejaran, aku menatap kosong layar
televisi 42 inch yang terdapat didepan kami,Logan Lerman.., anak dari adik ayahku
Esmeralda Calvert dengan Gerald Lerman, Logan seumuran denganku dia lahir dan
tinggal diParis dan aku kini tinggal bersamanya dengan Bibi esme sedangkan
paman Gerald tinggal di Jerman untuk 4 bulan kedepan karena tugas yang
dibebankan kepadannya. “Logan…” panggilku
lirih.., mataku masih memandang lurus kedepan “apa?” balasnya pelan, aku
menengok ke arahnya, “apa kau tak ingin berkunjung ke Indonesia lagi?” tanyaku
“ingin… ingin sekali.., tapi sungguh sepertinya liburan musim dingin besok aku
akan sangat sibuk menyiapkan pesta culture budaya untuk musim semi, sebenarnya
aku masih punya banyak opsi wisata di Indonesia.., tapi, yah aku terlalu sibuk
bahkan aku sangat merindukan Grandma” balasnya “bagaimana dengamu?” lanjutnya
“kau ini bodoh atau apa? Pesta culture budaya itukan diadakan di sekolahku, jadi
sudah pasti aku juga akan sibuk.., bahkan akan lebih sibuk karena aku menjadi
salah satu panitia intinya -___-“ balasku jengah “hh.. sudahlah aku
mengantuk.., aku tidur dulu ya” balasnya sembari menaiki tangga melingkar yang
terdapat ditengah ruangan “oh ya… kunci mobil aku letakkan diatas meja pentry
tadi.., jika kau mau memakainya jangan lupa keluarkan iPadku dari mobil..aku
tadi lupa membawanya keluar” balasnya dan langsung beranjak pergi, aku menengok
jam yang melingkar di pergelangan tangan kiriku, jam lima tepat, biasannya aku
sedang memainkan piano di Café pada pukul ini, aku beranjak pergi ke kamarku
yang terletak disebelah kamar Logan dan bergegas untuk merelaksasikan tubuhku
didalam rendaman air hangat.
Aku meraih kunci mobil yang tergeletak diatas pentry,
setelah sebelumnya menyegarkan tubuhku, akupun bergegas berangkat pergi ke
Café. Cuaca diluar sudah lebih membaik. Salju sudah tak terlalu deras
menghujani Kota Paris walaupun tumpukan Salju masih terlihat menggunung
dipinggir-pinggir jalan dan menutupi pepohonan, rerumputan dan atap-atap rumah
penduduk. Musim Dingin Tahun ini tergolong datang lebih cepat dari bulan yang
diperkirakan sebelumnya. Lamborghini Gallardo berwarna putih yang ku tumpangi ini
terparkir mulus ditepi jalan. Aku pun menjejakkan kaki ku diatas aspal yang
sedikit tertutup salju. Tak sampai lima menit aku sudah berada di Depan sebuah
Café bergaya mediterania milik Bibi Esmeralda. Bunyi Lonceng yang terpasang
dipintu menandai kedatanganku, suara sopran dan dentingan piano yang mengalun
merdu mendominasi seisi Café, sebelum sempat aku menengok kearah panggung, Bibi
esme telah menyerukan namaku, aku tersenyum menghampirinya. “Maaf esme, aku
terlambat” ucapku sambil memeluknya erat, aroma bunga Daisy bercampur dengan
aroma kopi dan pasta menyeruak dari tubuhnya “oh.. Lucy, ku kira hari ini kau
tak datang lagi, apakah kondisimu sudah membaik?” ucapnya tersenyum anggun
“sudah.. aku tak ingin berlama-lama meninggalkan Café ini esme, oh ya.. siapa
laki-laki itu?” tanyaku “Laki-laki yang mana?” tanyanya heran “Pegawai baruku
itu?” balasnya menunjuk seorang lelaki tampan yang familiar bagiku “Bukan,
mak….Greyson..,” seruku kaget, lelaki itu menoleh ke arahku dan tersenyum
ramah, penampilannya Nampak sangat berbeda dengan seragam berwarna hitam putih
khas pelayan Café. Ia berjalan perlahan kearahku “Hai Carly” sapannya “kau…
sedang apa kau disini?” balasku heran “emm… Sepertinya aku harus kembali ke
Dapur” sela Bibi Esmeralda “tentu saja bekerja, Kau pikir aku sedang bermain
-__-“ balasnya terkekeh “tapi… kenapa?” tanyaku lagi “hmm.. ibuku sakit jadi
aku harus mencari tambahan untuk membantu biaya rumah sakitnya” balasnya tetap
tersenyum “umm.., baiklah aku harus kembali bekerja.., dadahh” salamnya dan
berlalu pergi. Aku kembali tertegun dengan sosok seorang Greyson Chance, dia
benar-benar lelaki yang baik, diumurnya yang masih belia dia telah menjadi
tulang punggung keluarga, membantu kakak lelakinya yang bekerja diNew York,
sebenarnya tidak hanya bekerja part time disini tapi dia juga bekerja sebagai
office boy disalah satu media cetak diParis dia memang sahabatku yang paling teguh..
semangatnya tak pernah pudar untuk terus memajukan kehidupan keluarganya dan
berbakti kepada orang tuanya.., ia tak pernah malu untuk melakukan semua itu..,
dia memang terlahir dari keluarga yang kurang mampu, namun dari keterbatasannya
itulah yang memacu dirinya untuk terus maju hingga mendapatkan beasiswa di
sekolah menengah atas internasional diParis, ia mengingatkanku pada sosok
lintang yang terdapat pada kisah Laskar Pelangi yang ditulis oleh Andrea
Hirata.
Lamunanku terhenti… Talking To The Moon.. lagu milik Bruno
Mars itu mengalun lembut di indra pendengaranku.. kepalaku kembali menengok
kearah panggung.., memastikan siapa pemilik suara emas yang menggantikanku
itu.., aku terhenyak.., Dia…