BAB III SI OTAK CEMERLANG EINSTEIN
Aku menutup buku itu dengan penuh suka cita... dengan semangat yang melambung tinggi, aku kembali menghampiri greyson yang masih berkutat pada bukunya.., "Aku ingin berkeliling, hari ini bebas bukan? Kau ingin menemaniku?" tanyaku penuh harap. Wajahnya berpaling menatapku, rona wajahnya menyiratkan keinginan memndalam, tapi sedetik kemudian raut mukanya mengeruh "Umm.. maafkan aku, Carly..,sepertinya aku tak bisa, aku telah membuat janji dengannya" paparnya. aku tertegun... tunggu "Dengannya? maksudmu gadis berambut merah itu?" tanyaku penasaran, Greyson mengangguk malu.. "Ahh... sepertinya sahabatku ini sedang ditimpa cinta..yasudahlah.. tak apa, ku harap kencanmu kali ini menghasilkan sesuatu yang indah" ucapku menyemangatinnya dan berlalu. Gadis berambut merah itu sepertinya mampu membuat sohibku bertekuk lutut, Ariana Grande-Butera Gadis Periang berambut merah asal Florida, beberapa kelas yang ia ambil seragam dengan beberapa kelas yang Greyson ambil.Ariana adalah seorang Pemain Biola sedangkan Greyson seorang pianist, Ku pikir mereka berdua sangat cocok. "BRUK" tubuhku terhuyung kebelakang dang terhempas kelantai marmer yang dingin.. "Im so sorry..." suara sopran yang nyaring itu menembus gendang telingaku, aku mengerjap dan terkesiap menatap wajah Canada milik seorang lelaki muda seusiaku "Are u ok,girl?" tanyannya sekali lagi... dan mampu membangunkanku dari lamunan konyol yang baru saja terjadi "ahh.., yeah Im ok." balasku ramah "Maaf, aku tadi sedang terburu-buru... dan maaf aku harus segera pergi" ucapnya cepat, Ia kembali berlari mengejar sesosok wanita yang tak ku ketahui identitasnya... bahkan aku baru menyadari kalau tadi ada gadis yang tengah berlari melewatiku -__- aku hanya dapat mendengar canadian boy tadi memanggil nama "Byanca"
Aku berkeliling sekolah sembari mengeratkan mantelku dan membiarkan wajahku terbenam didalam kerah mantelku.. "Bodoh" umpatku kesal.. tak seharusnya aku berkeliaran diarea sekolah dimusim yang dingin seperti saat ini.. mataku menyapu seluruh koridor sekolah.. dan terpaku pada suatu ruangan yang lampunya menyala redup "ruang musik" kupikir itu tempat yang cocok untuk menghangatkan badanku. Aku pun melangkahkan kaki jenjangku ke ruang itu.. tapi tunggu.. bukankah itu suara piano.. "Carly.. aku mencarimu sedari tadi.. kemana saja kau ini?" ku tengok kearah sumber suara itu.. ahhh dia benar-benar menga\ganggu disaat yang tidak tepat.., "Aku hanya berkeliling" balasku santai "Kau tidak pergi dengan gadis berambut merahmu itu?" lanjutku "Tidak.., dia membatalkannya karena dia harus pergi, oh ya.. kau tidak mau pulang bersamaku?" tanyanya lagi "Pulang?" tanyaku heran "Iya pulang.. jadi kau tak tau? sekolah memberikan dispensasi kepada kita untuk pulang lebih awal karena menurut prakiraan cuaca.. sebentar lagi akan terjadi badai" ucapnya panjang lebar aku pun hanya mengangguk sembari ber-oh ria.
Niat untuk mencari sumber suara piano itu pun kuurungkan mngingat badai salju yang akan segera terjadi.. kami berdua bersama-sama bergegas kembali pulang kerumah masing-masing... kami sedikit mengulur waktu, dengan memilih pulang menggunakan bus dari pada metro yang jelas-jelas lebih tepat waktu.
Bus yang beroperasi mulai pukul 6.30 am ini mengingtkanku pada masa-masa indah dikampung halamanku..Indonesia..
Masih tertanam dimemoriku disaat berdesak-desakan didalam bus.. bau rokok yang terus menyembul dari beberapa penumpang hingga kemacetan yang sering ku alami saat junior high school dulu.. Berbeda jauh dengan apa yang kurasakan kini.. dinegara lain.. Paris.. Dengan segala kemewahan dan hingar bingar kota megapolitan yang jauh dari kata primitif... berbanding terbalik dengan negara tercinta ku itu..
Sebulan yang lalu aku menghubungi saudara indonesiaku... ia bercerita bagaimana majunya teknologi yang kini telah berkembang di Indonesia... Ia bercerita dengan penuh semangat.. "Kak., sekarang Semarang uda ga kek dulu lg lohh.. sekarang gw bisa naik BRT kak.." ucapnya riang.. aku pun bertannya "BRT? What's that?" "Aihh kakak teh primitif pisan.. BRT itu bus trans Semarang kak.. ada halte-halte yang khusus buat bus itu kak.. terus ya kak.. busnya berAc kak.. enak deh.. tapi ya itu.. macetnya masih sama kak" gerutunya aku tertawa mendengar celotehan gadis asia berumur 12 tahun itu.. buah hati dari pamanku yang tinggal di Semarang.. bahkan aku hampir lupa dengan wajahnya yang manis itu.., dulu aku sekamar dengannya.. ia adalah gadis yang aktif dan pintar. Zulfa Qoirina namanya.. ia mengingatkanku pada masa-masa JHSku dulu.. dann dia.. Deffa... bocah kecil yang sangat jenius itu sangat ku kagumi sejak pertama masuk JHS.. Wajahnya yang tampan dan otaknya yang cemerlang.. mampu menarik setiap kaum hawa yang berada disampingnya..bahkan aku sempat mengira bahwa ia merupakan titisan dari seorang einstein.. aku masih ingat.. tingkah kekanak-kanakanku ketika berebut dengan Bella sahabatku untuk meminta Deffa untuk mengajari rumus matematika yang baru saja diajarkan guru Matematika ku.. Dengan sifat bijaksana seorang anak berumur 12 tahun ia melerai kami... mengajarkan kami setiap rumus matematika secara bergantian.. Aku, Hanif, Bella, dan Deffa dijuluki sebagai para tiang Matematika... julukan yang diberikan Master Ilham kepada kami karena kami mampu meraih peringkat teratas pada setiap Ujian kenaikan kelas. Air mataku kembali turun.. Kini aku tak dapat melihat senyum cemerlang dan wajahnya yang tampan itu lagi..
H-4 menuju UN... selepas kami melakukan kegiatan belajar kelompok yang sering aku, bella, hanif dan dia lakukan... tragedi itu terjadi.. Kami bertiga berpamitan dan pulang dari rumah Bella.. ditengah perjalanan.. sebuah truk oleng kekanan tepat saat motor yang Deffa tumpangi tengah menyelipnya..
Dan kecelakaan maut itu pun tak terhindarkan... aku menutup mataku sejenak.. mencoba menetralisir kesedihan dan kehilangan mendalam yang ku alami... Ia telah tiada..Seorang Arjuna titisan Einstein itu telah pergi.. meninggalkan sejuta kenangan dibenak kami.. para tiang Matematika...
"Hey whats wrong with you?" tanya Greyson pelan sembari menepuk pelan bahuku... aku terhenyak keluar dari lamunanku itu.. aku tersenyum samar.. "No.. problem.. ahh kita sudah sampai? ayoo turun" balasku ceria.. Kami berdua berpisah ditengah persimpangan perumahan..
Senin, 15 April 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar on "Life Is Adventure Bab III"
Posting Komentar